Jumat, 04 April 2014

Pengetahuan Jurnalistik dari Radar Surabaya

www.google.com
Radar Surabaya adalah anggota dari Jawa Pos yang saat ini memiliki 22 radar di pula Jawa-Bali, yang secara mandiri menjual Koran yang terpisah denga Jawa Pos untuk di Surabatya. Radar Surabaya sendiri memiliki  cabang di kota lain di Jawa Timur seperti Radar Sidoarjo dan Radar Gresik. Pada awal berdirinya pada Radar Surabaya bernama Koran Revormasi Suara Indonesia yang lebih tentang bisnis. Namun setelah masa reformasi berubah nama menjadi Radar Surabaya.

Untuk korannya Radar Surabaya memiliki 12 halaman yang terdiri dari halaman pertama sampai ketiga mengenai Surabaya, halaman empat mengenai Jawa Timur, halaman lima dan seterusnya mengenai ekonomi, iklan, selebriti dan kuliner, olahraga, dan terakhir mengenai panggung demokrasi. Koran inilah merupakan produk dari Radar Surabaya, oleh karena itu Radar Surabaya menjual informasi-informasi yang dihasilkan oleh karyawannya yaitu wartawan. Tentunya baik tidaknya sebuah Koran juga bergantung dari wartawan.

Lalu, bagaiman bisa menjadi wartawan yang baik?. Menurut Bapak Fail, “wartawan itu adalah hobi namun wartawan mempunyai komitmen yaitu waktu”. Kerena wartawan dituntut untuk cepat dan sigap mengambil suatu momen. Menjadi wartawan tidaklah mudah, terutama untuk wartawan yang meliput kejadian kecelakaan, mungkin harus meninggalkan sejenak rasa manusiawinya untuk menolong korban kecelakaan karena wartawan ini justru bekerja pada titik momen ini yaitu mengambil gambar sebanyak mungkin. Tetapi tidak semua wartawan bekerja meliput bencana, ada pula wartawan yang bertugas dengan menyamar seperti orang biasa untuk hal investigasi, kemudian ada wartawan yang bertugas dengan seragamnya untuk meliput pers yang formal contohnya bertemu dengan orang-orang penting.

www.google.com
Setelah meliput pastinya berita tersebut ditulis dan akan dimuat dalam koran. Penulisan berita harus memilih angel yang tepat sehingga berita dapat disajikan membuat pembaca mau untuk membacanya. Disinilah hal terpenting untuk wartawan harus pandai mewawancarai narasumber, beri terus pertanyaan-pertanya sampai narasumber bertanya “kapan kita bisa selesai?”, namun wartawan harus berani memotong pembicaraan saat narasumber keluar dari topik karena jangan sampai justru narasumber itu mengelabui wartawan. Contohnya narasumber akan berbelit dan bercerita panjang lebar sehingga waktu wawancara akan habis dan wartawan akan tidak dapat mendapatkan jawaban dari topik yang diinginkan.

Wartawan juga dituntut dengan waktu karena berita yang diliput harus ditulis secepat mungkin dan segera dimuat dikoran pda hari itu juga. Sehingga sering terjadi kesalahan mengetik dan bahkan hasil beritanya kurang tajam. Dalam hal ini peran yang sangat penting adalah seorang redaktor. Redaktor harus bisa membenarkan kesalahan pengetikan dan tanggung jawab pada artikel yang akan dimuat, apabila artikel yang dirasa kurang tajam maka redaktor harus melakukan Stoper  yaitu memasang halaman iklan pada bagian halaman yang belum terisi.


Pengetahuan yang bermanfaat ini saya dapatkan saat mengikuti Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut yang berkunjung ke Radar Surabaya, semoga membawa manfaat dan pengetahuan untuk pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar